Show me!

Tuesday, March 20, 2012

We are special education teacher for the specialist one (Menjadi Special untuk yang Special


Menjadi Spesial Untuk yang Spesial
          Tulisan ini untuk membangkitkan motivasi kita sebagai calon guru bagi anak – anak berkebutuhan khusus.
            Kehilangan penglihatan sekaligus pendengaran yang dialami Hellen Keller merupakan suatu hal yang berat jikalau menimpa kita.  Hellen Keller sudah tidak asing lagi ditelinga orang pada umumnya terkhusus untuk mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa. Kehilangan fungsi indra. Apalagi hal itu terjadi disaat kita sudah melihat dan mengetahui seperti apa dunia ini. Bagaimana tidak satu indra sangat berharga sekali. Apalagi kita kehilangan kemampuan fungsi dari dua indera. Sungguh cobaan yang luar biasa hebat.
          Hal itu pun juga menimpa salah seorang anak di Indonesia ini . Awan begitulah panggilan yang diberikan orangtuanya yang menjadi partnert saya baru beberapa hari ini. Lengkapnya Awan Aditia seorang anak berusia 10 tahun yang kehilangan kemampuan penglihatan dan pendengarannya di usia 4 tahun. Awan di vonis dokter menderita Sindrom Cruzon. Sejenis Sindrom yang membuat penderitanya kehilangan kemampuan fungsi dari panca inderanya.  Sindroma Crouzon adalah kelainan atau mutasi genetik yang menyebabkan kerangka kepala tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Kelainan ini membuat kerangka kepala tidak bisa tumbuh normal dan mengakibatkan bagian wajah tampak rata. Biasanya jarak mata kanan dan kiri agak berjauhan dan menonjol seolah mau keluar. Hal ini disebebkan karena terlalu cepatnya penyatuan satura (pada ubun-ubun) di kepala sewaktu bayi.
          Saat usia 2/3 tahun karena sindrom itulah kemampuan panca indra Awan ini semakin hari memburuk. Sampai-sampai dia juga kehilangan kemampuan penciumannya. Awan sampai susah bernafas kalau sedang tertidur. Karena kalau tidur organ organ penciumannya yang otomatis juga berfungsi untuk proses pernapasan tidak berfungsi. Jadi setiap beberapa waktu ibunya akan membangunkannya untuk bernafas. Terbayangkan bagaimana jadi dia? Beruntung Awan lahir dari keluarga yang bisa dibilang lahir di keluarga ekonomi yang lumayan lah. Orangtuanya mengantarkan dia ke dokter kesana-kemari . Namun tidak ada penjelasan yang jelas tentang apa yang diderita Awan tersebut. Akhirnya dia dibawa ke rumah sakit di Surabaya, disana awan ditangani khusus oleh dokter-dokter dari Australi dan disana lah dia didiagnosa sindrom cruzon. Setelah diketahui Awan disarankan untuk sesegera mungkin mengadakan operasi di kepalanya. “Hal ini sudah bisa dibilang terlambat”,tutur ayah Awan kepada saya. Karena seharusnya dia dioperasi dari dulu sebelum sindrom ini melumpuhkan kemampuan indranya. Namun hal itu sudah terlanjur . Tapi dengan begitu, Awan masih bisa dioperasi. Dan pengoperasiannya pun disarankan dilakukan di Australi. Awan pun dibawa ke Australi untuk  dioperasi. Awan melakukan operasi  pertama dan memberikan kemajuan yang bagus , Awan bisa kembali mendapatkan indra pembauannya. Tidak cukup sekali,Awan harus melakukan beberapa kali operasi lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Dia didampingi Ayhnya berada di Australi selama 6 bulan. Disana Ayahnya diberikan pelatihan oleh terapis dan guru-guru speciall needs disana bagaimana cara menangani kasus anak seperti ini, diajarkan orientasi mobilitasnya dan sebagainya. Terlihat sekali wajah kekaguman Ayah Awan menegenai pelayanan di negara seberang tersebut saa t bercerita.Mereka di Australi samapi Awan sudah melakukan 4 kali operasi dan kemajuannya sangat jauh sekali dari yang berumur 4 tahun saat sebelum dioperasi. Namun sayang untuk mengembalikan fungsi indra penglihatan sepenuhnya utuh kembali sudah tidak bisa. Karena menurut dokter sudah terlambat ditangani saat dia berumur sebelum 4 tahun. Alhamdulillah Awan masih memiliki sisa penglihatan sedikit sekali untuk mengenal bayangan saja. Jika Sindrom ini terlambat untuk ditangani, mungkin akan sangat membahayakan sekali. Dan lebih sudah menjangkit indra-indra lainnyya dan lebih parah lagi.Untuk itu Awan harus menjalani operasi lagi nanti umur 14 tahun untuk perbaikan bentuk kepalanya. Kepalanya berukuran sedikit besar dan ada lengkungan dalam di kedua belah sisinya. Ayahnya memperlihatkan foto nya ketika sebelum di operasi sebelum berusia 4 tahun dari dompetnya  dibawah ini.

Foto itu saat Awan masih bisa melihat seperti orang awas lainnya, tapi indera penciumannya sudah terganggu. Kata ayahnya saat itu bibir nya susah mengatup. Namun setelah dilakukan operasi  banyak perubahan, seperti indra penciumannya berfungsi kembali, indera pendengarannya sudah bisa dipulihkan kembali meski tidak sepenuhnya optimal,dan juga sudah bisa mengendalikan gerak bibirnya. Dan sekarang dia sudah bisa memberikan senyuman yang manis itu. J
 Dan ini foto Awan baru baru ini bersama ayahnya


          Disini saya dapat melihat semangat belajarnya Awan. Awan yang bersekolah di salah satu SLB di Jakarta Timur ini sudah terbiasa dengan kondisinya yang seperti ini. Kelasnya yang berada di lantai dua harus melewati tangga dia bisa lakukan sendiri dan bisa menulis serta membaca dengan cepat dan lancar. Namun untuk matematika atau perhitungan dia masih lambat tapi tidak pernah salah, hampir 98% semua soal dijawab benar tapi hanya saja lambat. Untuk itu dia harus diberikan metode pembelajaran yang bisa membuat dia cepat untuk berhitung.  Ayahnya yang setia selalu mendampinginya setiap hari meski begitu dia terlihat mandiri untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
          Saya pun sempat terkejut saat mendampingi dia OM . Dia diberikan penutup mata karena masih memiliki sedikit sisa penglihatan. Setelah OM selesai , dia langsung membuka penutup matanya dan berkata “pusing pake ini” dan langsung berlari dengan cepat ke kelasnya. “Awaaan.. kamu kok jalan cepat sekali, kamu bisa liat dengan jelas??”, kata saya. “Tidak kak, saya sudah  terbiasa disini, jadi sudah tau arah-arahnya”, jawab Awan.
Suatu ketika Awan pernah berkata dia ingin berhasil makanya dia belajar dengan giat. Setelah satu pelajaran selesai, dia langsung semangat untuk pelajaran berikutnya. Berjalan dengan lancar kesana kemari  di sekolahnya. Anaknya ceria dan semangat.  Dia senang dengan hal yang berhubungan dengan musik terutama piano. Ayahnya mengatakan Awan suka sesuatu yang real dan logis. Dia senang nonton berita dengan mendengarkan televisi.  Selain itu dia suka mendengarkan radio.Awan sekarang kelas 4 SD dan sejauh ini dia mempunyai prestasi yang baik. Kamu selalu semangat belajar ? iya kak, semangat. Luar biasa kekagumanku terhadap kegigihannya. Meski suatu waktu dia pernah memeperlihatkan wajah kesedihannya saat saya menanyakan masa kecilnya. “Saya tuh, udah berobat kemana-mana kak”, itu kata yang paling teringat di kepalaku. Saya merasa malu karena kalah semangat belajarnya dengan seorng anak usia 10 tahun yang memiliki keterbatasan. Hari-hari ini memberikan motivasi tersendiri untuk saya agar semakin serius menjadi calon guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus. 



Sri Hildayati

1 comment:

Followers