Memahami dan Mengatasi Masalah
Tantrum Pada Anak Autis
Tantrum merupakan suatu ledakan kemarahan. Biasanya
ledakan kemarahan ini terjadi karena sesuatu keinginannya tidak terpenuhi. Bagi
anak Autis mereka akan sangat sulit sekali mengendalikan atau mengontrol
emosinya jika keinginannya tidak terpenuhi. Maka akan terjadi amukan dari
ledakan kemarahan yang juga biasa disebut dengan tantrum. Tantrum kemungkinan
juga terjadi karena anak Autis tidak dapat mengefektifkan komunikasinya kepada
orang lain sehingga orang lain tidak mengerti apa yang anak ini inginkan. Anak-anak Autis tidak akan peduli dengan
tekanan sosial atau buta pikiran (mindblindness) seperti yang diistilahkan oleh
Simon Baron- Cohen sebagai cara menjelaskan beberapa masalah yang dialami orang
dengan gangguan spectrum Autis . Berarti seorang anak yang mengalami gangguan
autis ini tidak peduli dengan ekspresi ketidaksukaan oran lain ataupun
komentar-komentar yang menunjukkan rasa tidak suka terhadap anak autis ini
lakukan. Sehingga anak yang mangalami autis ini tidak akan segan-segan tantrum
atau mengamuk tanpa menghiraukan orang lain.
Kadang kala tantrum ini
berubah menjadi suatu amukan yang tidak jarang akan menyakiti dirinya sendiri
atau bahkan orang lain. Memukul-mukulkan kepala ke dinding, bahkan menstimulasi
diri, tindakan agresi dan menyakiti orang lain.
Faktor lain yang
mungkin menyebabkan anak menjadi tantrum adalah
- ·
Ingin melakukan sesuatu yang tidak
diperbolehkan
- ·
Ingin sesuatu atau melakukan sesuatu
- ·
Bosan atau frustasi
- ·
Takut
- · Untuk mendapatkan respon dari lingkungan
Cara
menagatasinya?
Mengatasi anak autis dengan kebiasaan tantrum dapat
dilakukan memahami karakteristik anak atau individu yang mengalami autis ini
dulu. Karena anak dengan autis ini juga mempunyai katrakteristik yang
berbeda-beda. Pastikan dulu penyebab
dari perilaku tantrumnya. Sehingga kita bisa memahami apa yang dia inginkan.
Dan ini bisa dijadikan pengalaman untuk ke depannya. Jika anak menunjukkan
perilaku yang sama bisa jadi ingin melakukan keinginan yang sama seprti yang
telah kita alami sebelumnya. Kondisi
otak tersebut bervariasi tiap individu sehingga ada penderita autisme yang sama
sekali tidak bisa mengambil peran dalam kehidupan sosial.
·
Memahami inti situasi
Karena anak autis tidak dapat mengkomunikasikan
keinginannya. Maka tidak jarang anak nya akan mengamuk besar-besaran karena
orang lain tidak memahami keinginanya. Untuk itu kita perlu memahami ciri khas
dari anak ini apa yang sedang dia inginkan pada
saat dia tantrum itu. Pahami bahwa anak autis tidak mengerti akan
kondisi lingkungannya. Seperti mugnkin dia tidak akan mengerti bahwa dia akan
tumbuh besar sehingga dia harus dibelikan baju baru agar sesuai dengan tubuhnya
yang semakin besar. Namun, dia akan mengamuk setelah bajunya diganti dengan
yang baru. Karena dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang lama. Cara mengatasi tantrumnya yang akan berujung
pada kerugian yang besar.
Setelah mengalami
pengalaman ini, jika akan menggantikan baju anak yang mangalami autis dengan
karakteristik seperti ini, selalu ingin hal yang sama dan tidak ada yang
mengubahnya maka ganti saja bajunya dengan baju dengan gaya yang sama namun
dengan ukuran yang lebih besar. Begitupun dengan hal-hal yang lainnya.
Kebiasaan seperti ini
biasanya juga akan menjadi kebiasaan mereka setelah dewasa. Perilaku ni akan
terus berkembang sampai mereka mampu hidup mandiri dan akan selalu melakukan
perilaku yang sama.
·
Komunikasi
Komunikasi
adalah hal yang sangat sulit bagi anak yang mengalami Autis. Mungkin seorang
anak autis bisa menggunakan kata dan kalimat tapi hal itu membutuhkan kerja
keras. Mereka kesulitan dalam komunikasi verbal. Untuk coba melakukan
komunikasi visual dengan mereka. Seperti melarang memukul. Gambarkan orang yang
sedang memukul dan disampingnya gambarkan tanda silang. “Memukul tidak boleh!”.
Jangan sampai disanan saja. Gambarkan juga akibat yang dilakukan jika memukul.
Gambarkan keadaan menangis. Menangis karena kesakitan. Biasanya anak Autis akan
lebih tertarik pada komunikasi visual.
Seperti menggunakan sistem lalu lintas. Contoh
:
Anak-anak dan orang tua mereka membuat lampu lalu lintas
dari kertas karton bewarna. Lampu lalu lintas ini berwarna hijau. Jika orang
dewasa mendengar pertengkaran memuncak, dia akan menaruh kuning ke lampu lalu
lintas dan minta mereka tenang, sambil berkata : “Peringatan Polisi!” Mereka
juga diingatkan , jika tidak berhenti mereka akan mendapat lampu merah. Saat
situasinya tenang, lampu lalu lintas akan kembali hijau.Orang tua berharap
bahwa lampu lalu lintas tidak perlu menjadi merah tapi menyadari bahwa ada
konsekuensi jika mereka melakukannya. Mereka putuskan periode “time out”
sebentar jika warna merah ditunjukkan. Anak-anak akan duduk di ruangan terpisah
sampai mereka tenang, selama 3 menit. Jam khusus untuk anak-anak digunakan agar
anak-anak memahami konsep periode tiga menit.
Jangan menggunakan
waktu rehat sebagai hukuman . Hal ini akan menambah kemarahan pada anak.
Sebaliknya berikan dia waktu rehat untuk menenangkan diri , ajarkan anak menarik
nafas dalam-dalam dan lepaskan secara perlahan sampai dia merasa tenang.
·
Lingkungan
Seorang
anak yang tantrum mungkin saja terjadi karena mereka tidak menyukai situasi
lingkungannya. Pahami jika seorang anak autis diajak dari rumah dalam keadaan
yang tenang, ketika sampai di tempat keramaian tiba-tiba dia gelisah dan
tantrum. Dia mungkin merasa terstimulasi dan tak nyaman dengan lingkungan yang
ramai.
Setelah mengetahui hal ini pada anak, bagi orang tua
yang ingin membawa anak nya ke tempat yang ramai seperti swalayan dan pasar.
Maka cobalah mencari waktu yang sepi untuk berbelanja atau bertamasya ke
tempat-tempat liburan. Biasanya tempat liburan akan menjadi ramai jika di
akhir-akhir pekan dan hari libur. Maka itu hindari hari-hari tersebut dan luangkan
waktu di hari-hari biasa untuk tetap mengadakan liburan dengan anak.
·
Buta Pikiran
Seorang anak yang
mangalami Autis tidak mengerti mengapa dia tidak mendapatkan apa yang dia
inginkan. Bagi dia memukul, menampar dan melakukan hal-hal tantrum lannya
adalah salah satu cara untuk mengurangi rasa frustasinya adn mengakibatkan dia
mendapatkan waktu tambahan melakukan hal
yang dia sukai seperti bermain ayunan dengan ibunya. Dia tidak menyadari rasa
sakit akibat dari perbuatannya. Untuk itu baiknya buatkanlah rencana untuk
mengajarkan aturan sosial termasuk aturan rutinitas baru.
Tambahan jika seorang anak autis melkukan hal yang
positif maka berikanlah dia penghargaan, berikan dia pujian . Dalam hal ini
memberikan penguatan ekstra dalam diri mereka untuk selalu termotivasi
melakukan hal yang baik.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tantrum pada anak Autis :
·
Jika anak kesal atau mengamuk (tantrum)
dan tidak tahu alasannya, periksalah apakah hubungannya dengan lingkungannya :
label baju, cahaya terang, suara , warna, orang banyak, dan bau.
·
Perhatikan apakah 0perilaku ini
berhungungan dengan perubahan atau transisi. Jika ya, coba buat papan cerita
visual atau tertulis tentang apa yang akan dilakukan kemudian, contohnya
sesudah mandi – tarik sumbatnya, keluar dari bak mandi, ambil handuk
·
Beri anak beberapa peringatan sebelum
dia mengakhiri aktivitas kesukaannya.
·
Gunakan jadwal kegiatan visual untuk
membantu anak memahami apa yang akan terjadi dan diamana dia akan pergi
·
Saat anak mengamuk/tantrum karena Anda
ingin mengambil rute yang berbeda , bantu mereka dengan membuat peta besar atau
model dari daerah Anda dan bermainlah dengan mainan mobil-mobilan dan bentuk
miniatur yang mengambil rute berbeda.
·
Bantu anak lebih besar untuk bergiliran
dan menerima kekalahan dengan menggunakan permainan. Ajarkan apa yang dikatakan
oleh orang yang kalah atau sebaliknya . (Modelling, mencontohkan)
Source :
Wright, Barry dan Chris
Williams.2007.How to live with Autisme
and Asperger
Syndrome. Dian Rakyat : Jakarta
Brazelton, T.Berry.2009.Mengontrol Emosi Anak ala dr.Brazelton.PT
Bhuana Ilmu Populer :
Jakarta